01 April 2009

Ketika Usaha Dibalas dengan Buncahan

Awal april yang riuh. Penuh dengan kejadian2 tidak biasanya di republik tercinta. Mulai dari hingar bingar kampanye dan Pemilu hingga bencana Situ Gintung yang sudah merenggut 100 jiwa.

Bencana alam adalah sebuah bagian dari periode 5 tahun ini, diawali dengan Tsunami dahsyat di Aceh hingga Situ Gintung yang luluh lantah. Adalah ujian yang datang dari Sang Pencipta bagi khalifah di muka bumi ini.

Aroma panas pemilu sudah ditiupkan setengah tahun terakhir dan semakin panas sejak dimulainya masa kampanye. Mereka, dari pengamen hingga Ketua DPR, bersaing menduduki kursi di Senayan. Entah untuk apa mereka duduk di sana apabila saat rapat dan sidang untuk kepentingan rakyat mereka tak mendudukinya.

Terlepas dari kehidupan gemerlap dunia politik dan kesengsaraan korban bencana alam, seorang bercita-cita setinggi langit menemukan apa yang tidak dia rasakan sebelumnya. Perasaan yang sangat luar biasa, memasuki relung-relung hatinya. Menghujam dan memberikan noda baru sebagai langkah awal untuk masa depan yang lebih baik.

Menurutnya masa depan dibagi dua. Duniawi dan akhirat. Dan yang sangat membanggakan adalah apabila ada seseorang mampu sukses di kedua masa depan tersebut. Sebuah kesuksesan yang didamba semua manusia2 muda. Tentu hanya orang2 super yang dapat meraihnya.

Ya, semakin menunduk dalam kebenaran. Tunduk pada pemilik kehidupan yang kekal. Tunduk pada yang Mahakuasa, Allah SWT. Hanyalah sebuah kekuatan besar yang mampu menundukan seseorang. Dan beruntunglah orang2 yang mampu ditundukkan oleh kekuatan itu.

Sesosok pelajar yang penuh harap, sedang diambang titik untuk dapat meraih kekuatan itu. Dan di dunia jagad ini penuh keseimbangan. Dunia ini sudah disusun untuk menguji orang2 yang memiliki sesuatu yang lebih dengan ujian yang lebih pula, tetapi tetap dalam porsinya.

*
Bidadari-bidadari membahana memenuhi sorot tajam penuh harap

Bidadari-bidadari
memesona menerbitkan buncahan-buncahan cahaya harapan

Sang pemberani maju menikam tepat meraih asa penuh

Si bisu diam tertegun memutuskan asa

Si bisu diam seribu bahasa

Si bisu diam mengharap buncahan baru datang menawan
*

1 comment:

  1. wahh kata-kata lo bagus.
    kayaknya lo lebih cocok jadi anaknya pak pur ketimbang gw..hehe

    ReplyDelete