28 February 2009

CENTER OF ATTENTION

Hari ini, gw foto bt sama anak2 IPA C. Main paintball di BSD nun jauh di sana. Ga da sesuatu yang dapat diceritakan tentang permainan paintball ini karena memang main paintball ber-28 (sama Pak Bin) sudah pasti sesuatu yang seru dan menyenangkan.

Hal yang lebih menarik dan wajib diceritakan adalah ketika gw (bareng Mirhady dan Raja) diturunkan Pak Bin di Kampung Melayu dan berniat ke rumah menggunakan moda transportasi Transjakarta. Sebelum menuju ke Halte Busway Kampung Melayu, kami bertiga menyempatkan diri ke Indomaret memebeli sedikit minuman dan makanan. Gw beli sebotol teh dingin dan makanan ringan yang gw gemari, (sebut merek aja) JetZ rasa Chocolate Fiesta.

Setelah membayar, gw langsung melenggang ke halted an membayar karcis seharga 3.500 rupiah. Tak perlu menunggu lama karena bus sudah dekat. Gw membuka sebotol minuman yang tadi gw beli dan meminumnya hingga setengah. Setelah itu, sebelum memijakkan kaki di dalam bus, gw sempat membuka bungkus snack kesukaan gw itu yang gw letakkan di dalam tas kecil gw.

Di dalam bus, gw mengamati keadaan sekitar. Berdiri di tengah-tengah badan bus gandeng di bagian kanan. Habis main paintball pasti orang bakal laper. Dan gw mulai mengambil satu per satu snack itu, mamasukkan ke mulut, dan mengunyahnya. Lumayanlah untuk menahan lapar. Suasana Kota Jakarta di petang tadi luamayan ramai.

Dua, tiga, empat potongan kecil snack udah gw makan. Gw mengedarkan pandangan ke belakang mencari sesuatu yang menarik. Gw menemukan sesuatu yang menarik. Seseoran berseragam, karyawan Transjakarta memberikan tanda-tanda yang ga jelas, gw ga ngerti apa maksudnya. Dia menunjuk-nunjuk ke arah gw. Gw liat di belakang gw ada anaka kecil dan orang yang berseragam sama dengannya. Secara niat gw adalah baik, gw pikir dia mau manggil temennya itu.

Gw colek orang yang di belakang gw. Tiba-tiba si yang di belakang berteriak pelan, ”Masnya, tolong makannya nanti aja!”, oh ternyata gw yang ditunjuk-tunjuk. Ok. Kembali gw edarkan mata gw kemana-mana, ga da yang menarik. Hanyalah sebuah televisi terpasang di atas yang menampilkan berbagai macam model bus dan sebagainya (setau gw di TV itu juga diiklanin caleg dari PDS). Sok-sok ngumpet, gw mengambil lagi beberapa potong makanan gw itu.

Melewati halte Slamet Riyadi, gw masih mengunyah makanan di mulut gw, untuk kesekian kali gw mengedarkan pandangan gw ke belakang. Eh sesosok berseragam yang di belakang terlihat maju ke depan hingga akhirnya ke depan hadapan gw. ”Mas kalo udah dibilangin jangan makan, ya diperhatiin. Kalo ga mau turun aja di halte depan!” teriaknya cukup lantang. Actually, I don’t care. Gw ga berbicara sepatah katapun ke orang berseragam itu. Jadilah gw sebagai orang yang diperhatiin dalam bus ini. Tanpa mengurangi rasa hormat, gw yang pemalu, menjadi center of attention banyak orang yang ada di sekitar gw.

Gw tau ada tulisan dilarang makan dan minum. Di samping tulisan itu ada piring lengkap dengan sendok dan garpu yang dicoret. Udahlah mungkin si berseragam itu mengaharapkan gw patuh pada peraturan tersebut. Sebenernya gw patuh sama peraturan alias disiplin. Akan tetapi dalam kondisi di mana gw butuh makanan, gw lebih mementingkan kesehatan gw dibanding peraturan yang ada. Ambulans yang membawa orang sakit sah-sah aja masuk jalur busway. Malah mobil dan motor seenaknya masuk jalur busway juga.

Kalau gw perhatiin, ada orang yang lebih hina daripada gw. Seseorang wanita ditelantarkan berdiri di dekat seorang pria yang tampak sehat (gw ga tau tuh pria ada penyakit apa). Mungkin gw menjadi perhatian buatnya karena ketika di memandang ke depan yang terlihat adalah gw.

Bus melaju cukup kencang melewati bilangan Salemba. Gw mengeluarkan buku dari tas. Terdengar suara bungkusan makanan, seseorang berseragam yang ada di depan nengok ke arah gw dan ngeliatin gw, entah bagaimana si seragam di belakang. Hingga akhirnya gw mendapatkan buku bacaan gw, orang yang di depan itu mengalihkan pandangan ke depan, bersiap melayani penumpang yang akan turun di Halte Salemba UI.

Gw salut dengan si berseragam yang berdiri menjaga pintu belakang bus. Dengan setia menjaga pintunya. Dengan perhatian mengingatkan gw. Dengan perhatian yang lebih menegur gw. Namun dengan kerasnya mengancam untuk menurunkan gw.

Apabila gw makan secercah snack, adakah yang terganggu? Penumpang lain tak menghiraukan apa yang gw lakukan, mereka sibuk dengan apa yang mereka lakukan. Ataukah si berseragam itu ngiri dan pengen makan. Sebenernya pas dia nyamprein gw, pengen gw tawarin, tapi dia berlalu begitu cepat. Apakah semua orang diperlakukan sama seperti gw apabila ada orang yang berlaku sama seperti gw?

Akhirnya, gw meninggalkan si berseragam itu dan turun di Halte Central Senen. Dan apa yang gw lakukan begitu transit? Jelaslah membuka kembali tas gw dan memakan JetZ gw. Hikmah? Adalah. Gw tau bahwa dalam kondisi apapun gw harus patuh peraturan. Akan tetapi apakah peraturan itu bisa membuat orang terhindar dari sesuatu yang lebih membahayakan.